KISAH SAHUR di JAKARTA

O.K lets start with, gw baru tidur jam SATU PAGI dengan tekad yang kuat untuk gak ikut sahur dengan teman-teman. Karena terkadang, gw memiliki pemikiran bahwa “biasanya juga gw gak sahur toh kuat-kuat aja puasanya”. Ah.. alasan itu Cuma menutupi kenyataan yang sebenarnya, kenyataan bahwa gw BINGUNG harus makan sahur dengan apa. Gw rada bosan dengan makanan simple yang gw beli di warteg dekat mesjid atau kentang goreng enak yang dibikin mama dengan menjadikannya teman nasi dan atau telur yang hanya digoreng. Ya, GW BOSAN.. tapi toh gw ini anak ASRAMA bukan anak RUMAH kaya taun-taun sebelumnya yang disediain makanan sama mama atau bahkan memasak di dapur sendiri dengan “kemerdekaan” yang tak terkira. Gw BINGUNG mikirin, lauk apa yang akan dijadiin teman nasi putih harum dan hangat yang udah dibuat oleh sang yang piket harian. Dan gw MALAS untuk sekedar memasak masakan mewah di dapur itu. [dan untuk kesekian kalinya gw menutupi kebenaran, bahwa sebenarnya gw gak bisa masak-masakan enak selain mie dan telur. Hehe...]


Kembali ke bahwa gw mulai tidur pukul SATU PAGI hari ini [2 september 2009] ditemani “lepi” setia yang tiada hentinya menyorotkan sinar penerang. [ya iyalah.. diakan laptop. Ahahahha...] Semuanya, terasa sangat indah dan cantik ketika gw bisa menutup mata dan tertidur lelap tanpa memikirkan hal apapun selain bangun besok pagi – meski gak usah terlalu pagi, dan pergi ke fotokopi-an untuk memfotokopi buku tebal guna menyelesaikan tugas Pengantar Teknik Informatika dan ngeistrika tumpukan baju kering yang ada di lemari gw.


Tapi tiba-tiba pukul TIGA pagi dimana para anak asrama yang lain “seharusnya” sudah bangun untuk mempersiapkan sahur namun belum bangun dan terdengar suara “tek tek tek” someone knocked the gate. I was shock because of my bad thinking. . I didn’t know who that was, then he said ‘paramadina’.. dan dengan KAGET gw langsung lompat dari tempat tidur dan berlari sekuat tenaga melalui tangga dan TADAAA sampai deh dilantai satu serta langsung cepat-cepat membukakan pintu. Ternyata ada seorang cowok bergantungan – hehehe.. gak ding mungkin yang lebih tepatnya sedikit memanjat pagar guna ngebangunin para gadis yang ada di rumah ini untuk mendapat rejeki sahur – alhamdulillah.


O.K, I still didn’t know who he was.. because I lost my eyeglass and gw ngeyakinin dalam hati kalo “dia itu kakak kelas vina, tenang aja.. gak apa – apa untuk sementara gak pake kerudung dan berpakaian tidur juga, it was so urgent. But next time, u must sleep with your pijamas and ‘jilbab’ – nu bener wae atuh? Hehe “. Dia tanya “ada berapa orang muridnya disini?” dengan santai gw jawab “32”, dan dia pun bilang ke bapak-bapak yang ada di mobil yang ikut bersamanya untuk mempersiapkan 32 makanan untuk gw dan seluruh temen-temen di asrama. Gw buka pagar dan dia datang menyandarkan dirinya ke pagar. Sampai saat itupun setelah beberapa box makanan masuk rumah dan menjawab segala pertanyaan akrab yang dia lontarkan, gw masih belum tau siapa dia. Tapi hati gw bilang “I knew who he is exactly but I couldnt remember who he is” ahh.. sok sok pake b.inggris intina mah asa kenal weh kitu.


Dan setelah “transfer” makanan dari mobil ke ruang tamu selesai, dan dia pun pergi masuk mobil. Iva told me “itu kan dosen!” langsung de.. WAKWAW?? ARE YOU SERRIOUS?? IS THAT TRUE?? IS THAT REAL?? OH MY GOD, sekarang gw hanya dapat bilang “kenapa mesti gw yang keluar saat itu? Kenapa gak temen-temen yang tidak berkerudung menghadapi beliau?” ahh tapi sudahlah, toh sudah kejadian juga. Biarin weh atuh, sekalian beramal. LHO?? KOK?? AMAL?? Hahaha gak nyambung ihh. Tapi SUMPAH.. setelah tau bahwa beliau adalah seorang dosen FA yang juga mengajar psikologi, tangan gw merinding banget dan nafas gw sesak abisss.. yang terbayang saat itu adalah GW MALU MAMEN..hahahhahaa
Tapi alhamdulillah sang dosen tersebut gak ngajar di kelas manajemen gw, dan sepertinya beliau tidak akan sadar apalagi mengingat kejadian yang “memalukan” untuk gw. Amiiiiiiiin...