Saturday, November 20, 2010

Hidup Di Jakarta Itu

Mam, ternyata..hidup di Jakarta itu menyenangkan ya..Na jadi ngerasa lebih mudah menjangkau impian dan menjamah seluruh dunia. Banyak akses yang dapat dimanfaatkan untuk mengenal dunia luas. Rasanya, Eropa .. Amerika .. atau belahan dunia lainnya jadi jauh lebih dekat.

Pap, ternyata..hidup jauh dari orang tua itu membahagiakan juga ya.. Na bisa pulang jam berapa pun yang Na pengen. Setelah selesai semua tugas, kerja, dan lainnya, Na baru bisa tertidur pulas. Makan dan minum pun mencari sendiri, sesuka hati. Bahkan, jika tidak makan pun, tak ada yang memarahi dan tak jadi masalah.

Jadi, Mam, Pap, Na senang tinggal di Jakarta. Semuanya berubah disini. Yang biasanya Na pulang jam 9 malam karena udah diteleponin, sekarang Na bisa bahkan sampai gak pulang - nginep di rumah siapapun yang Na pengen. Terus, biasanya setiap jam makan ada yang manggilin, kadang gak mau makan malah jadi kepaksa makan., sekrarang semuanya cuek.

Pokoknya, sekarang lebih merdeka, gak ada lagi yang memegang kendali atas diri Na. Na bebas.

Mario bilang "manusia itu bebas namun juga terbatas, keterbatasan tersebut karena ruang dan waktu yang tidak bisa dijangkau semuanya"

Gak salah juga omongan itu, Na bebas tapi malah menjadi semakin terbatas. Uang, waktu, ruang ketiga hal yang menjadi batasan Na untuk bertindak. Mungkin bebas dari aturan Mama Bapa, tapi sebenarnya, Na malah terkungkung oleh perasaan sendiri. Saat malam berjalan sendiri, selalu teringat bahwa Mama dan Bapa tidak pernah mengizinkan Na untuk berjalan sendiri. Saat sedang malas makan, Mama Bapa selalu memerintahkan untuk makan. Dan semuanya, semuany sungguh membuat Na kian terkungkung dalam perasaan sendiri. Perasaan untuk ingin bersama dengan Mama Bapa. Untuk kembali ke Bandung dan melewati hari bersama.

Na rindu semuanya.. rindu sekali. Karena semua kerinduan itu, Na sering kali mengirimkan pesan yang hanya bertuliskan "Moy" atau "Assalamualaiku, Bapa sehat?" atau pesan lainnya. Dan setiap Mama telepon dan bertanya "ada apa Sayang?" Na hanya mampu berkata "Gak ada apa-apa, Mam" padahal saat itu, Na sedang menangis. Na merasa kesepian, sendirian, seolah tak ada teman bercerita, padahal teman Na banyak.

Mam, Pap, ternyata tingal di Jakarta itu menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi melewati segalanya bersama kalian. Terpenjara dengan aturan-aturan kasih sayang kalianjauh lebih baik dibandingkan terkungkung oleh perasaan kesepian dalam keramaian.

No comments: