Wednesday, January 19, 2011

Tarian Di Tengah Perempatan


Tema: Blogger for Safety Riding

Sore itu, aku meluncur dengan kecepatan 60 km per jam mengendarai vario merah dari fly over Surapati, Bandung. Angin yang berhembus tidak menerpa wajahku. Jelas saja, aku mengenakan helm pink half face yang sekarang sudah di-booming-kan sebagai helm standar nasional. Bagus juga upaya pemerintah untuk mengurangi kecelakaan lalu-lintas. Adanya peraturan itu, membuat polisi lalu-lintas dapat dengan mudah menilang para pengendara motor yang tidak mengenakan helm semestinya. Memang harganya lebih mahal dibandingkan dengan helm cetok – yang asal nempel di kepala biasanya berharga Rp 10.000 dan berwarna putih, tapi toh keselamatan kita lebih penting lagi. Helm adalah hal penting dari sekian hal penting lainnya untuk safety riding.


Aku dan Vani - saudara perempuanku, terus fokus menatap jalan dihadapan kami. Memastikan, bahwa kami sedang berkendara pada kecepatan normal, tidak terlalu cepat. Hingga tidak akan membahayakan kami ataupun orang lain.


Lampu lalu lintas di perempatan suci – surapati itu merah. Tanda berhenti, dan pastinya aku akan berhenti. Tak ingin melanggar peraturan karena nyawa bisa melayang sekalipun tengah terburu-buru. Ku rem perlahan motor dengan rem belakang. Perlahan.. perlahan.. sebelum benar-benar berhenti, lampu sudah hijau. Kutarik gas perlahan. Mobil taksi biru sebelah kanan memepet motorku, ke kiri. Padahal, ia berada di jalur kanan, jalur yang sama denganku. Seharusnya ia belok kanan, bukan malah lurus. Sedang aku yang sudah menyalakan sen kanan, seharusnya memang sudah ke kanan. Tapi gerakan yang dibuat sang supir membuat aku jadi kebingungan dan goyah kestabilannya. Mobil jeep besar hijau di sebelah kiriku lurus, aku diapit dengan dua mobil yang tidak kukenal siapa pengendaranya. Dan keduanya menghilangkan kestabilanku dalam mengendalikan kendaraan.


“Aaarrrrgghh” kataku mengerem motor. Taksi terhenti, sementara mobil jeep terus melaju. Motor kami tepat terhenti di tengah perempatan. Ragu-ragu, perlahan kutarik gas, melaju sedikit, kemudian terhenti.. melaju sedikit, kemudian terhenti. kutolehkan wajahku ke arah Vani, ia sudah tidak di tempatnya lagi. Badannya berputar-putar dijalan, kaki kirinya masih berada di step kiri motor, sementara kaki kanannya telah menempel di jalan. Selayaknya menari balet. Terus berputar.. berputar.. dan berputar.. hingga kuraih cepat tangannya. “Ngapain kamu, Ni?” tanyaku teriak. Belum sempat dijawab, taksi biru yang menunggu atraksi kami, mulai tersadar bahwa ia harus segera pergi. Suara klaksonnya nyaring. Dan membuatku mengambil tindakan cepat untuk mengajak naik Vani dan menggas cepat motor merah besar itu.

“Kamu kenapa tadi, Ni?” ia tertawa keras. Tak terdengar penjelasannya. Goyangan tubuh akibat tawanya terasa.

Motor pun melaju dengan perlahan, dan hatiku masih terus berdoa. menenangkan diri atas kejadian yang baru saja menimpa kami. Sementara Vani, masih saja tertawa kecil mengingat-ingat atraksi balet nan menakjubkan. Dikiranya, motor akan terjatuh. Ia tahu bahwa keseimbanganku agak terganggu, hingga ia menurunkan kaki kirinya ke jalan, namun, ia pun tidak tahu mengapa kaki kanannya bisa ada di jalan juga. Gas yang aku tarik pelan pelan itu, membuat keseimbangannya goyah hingga mengharuskannya menari ria di tengah perempatan.


Bagiku, setiap kali mengendarai kendaraan bermotor, apapun bisa terjadi. Seberapa keras kita memerhatikan safety riding roles, kita tetap bisa mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan di jalan. Karena ketika kita hati-hati, belum tentu orang hati-hati. Pengendara yang satu dengan yang lainnya saling bergantung keselamatan sebenarnya. Untuk itu, ketika berkendaraan, sesungguhnya kita dituntut untuk memerhatikan keselamatan orang lain juga. Tidak hanya memikirkan keselamatan diri sendiri – egois.


Kecelakaan lalu-lintas itu, sulit untuk dihilangkan namun bisa diminimalisir. Dengan para pengguna wajib konsisten mengikuti peraturan safety riding yang telah dibuat Pemerintah dalam rangka mengurangi angka kecelakaan lalu-lintas yang mencapai 67% untuk kendaraan beroda dua pada tahun 2010. Kesadaran masyarakat akan pentingnya memerhatikan safety riding roles masih perlu dibangun hingga menjadi benteng yang kokoh. Perlunya masyarakat untuk tahu bahwa kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh kedua di Indonesia, akan membangkitkan jiwa untuk lebih peduli terhadap ketertiban lalu-lintas.

Sumber:

__Gambar 1: http://proletarman.files.wordpress.com/2008/07/landmark-bandung.jpg

__Gambar 2: http://static.zooomr.com/images/2604183_fb2d72a10c.jpg?r=360

__Data kecelakaan kendaraan bermotor diperoleh dari: http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/04/28/kecelakaan-lalu-lintas-pembunuh-nomor-2-di-indonesia

No comments: