Saya rasa, semua orang akan setuju dengan pernyataan "Komunikasi menjadi sumber masalah" yaa.. kalo kita gak jujur tentang apa yang dirasain ya.. jadi nya kesel sendiri dan begitu waktunya tiba.. semuanya akan membludak, dan akan sulit memperbaikinya lagi. Ketika seorang anak ingin tas tapi tidak mengkomunikasikan sama orang tuanya, mana bisa ia mendapatkan tas. Ketika ditanya "Udah mkan belum? udah mandi belum?" dan jawabannya hanya "udah" maka akant timbul pertanyaan baru, "Yang mana yang udah? mkaan atau mandi?" sepeti itu kan? Well, guys.. bahasa itu gak beli. Jadi.. kalo ditanya "udah mandi belum, Say? Trus, tadi pagi udah makan?" jawablah dengan sederhana "Udah mandi kok. sarapan juga udah" dengan begitu, pesan tersampaikan dengan jelas. Jadi, gak akan ada MissCommunication. Itu bahaya banget loh. bisa menimbulkan pertikaian baik secara gerilya maupun sembunyi-sembunyi.
hm.. saya jadi teringat cerita seorang kawan di suatu malam..
"Entah mengapa, saya dengan Ayah jadi sering MissCommunication"
"Oia? Mengapa?"
"Entahlah.. akhirnya, saya pun memutuskan untuk diam"
Well, diam itu emang baik, tapi ketika sesuatu tidak terkomunikaskan dengan baik dan malah memilih diam sebagai jalan keluarnya.. it's not really good.. well.. better to communicate it again gitu yaa.. ^^ Ketika Miss Communication itu terjadi, seharusnya.. yang diteliti oleh kita, sebagai seseorang yang mungkin menyadari itu terjadi, adalah:
- Apakah teknik atau metode penyampaian kita kurang tepat? Ataukah bahasa yang kita gunakan juga kurang tepat?
- Media komunikasi yang kita gunakan kaah yang kurang beres?
- Atau .. memang waktu yang kita gunakan terlalu sedikit..
- Mediumnya mungkin yang kurang memungkinkan, misalnya.. lagi ramai hingg suara gak kedengeran.
- Atau.... apa ia , sang penerima pesan kurang begitu cerdas untuk memahami kita (Well, tapi ini pilihan terakhir setelah semua kemungkinan dilakukan ya. ^^)
Hm.. knapa harus kata "Kita" di poin 1 - 3 ? karena .. sebelum menyalahkan hal lain, harusnya kita introspeksi diri dulu. Memulai perubahan dari diri sendiri! GOOD. heeehe..
Sekarang gini... apa salahnya jika kita mencoba untuk meneliti atau memikirkan kata atau lain yang digunakan supaya pesan benar-benar tersampaikan? Engga ada kan? Enak malah.. pesan yang ingin kita sampaikan pun tersampaikan dengan selamat di telinga pendengar. Kata dan bahasa harus sesuai pastinya dengan "siapa pendengar kita" kaya ke anak kecil, akan pasti beda toh dengan ketika kita berbicara dengan orang dewasa atau sebaya.
Media nya.. naah.. kalo sms malah sekiranya bakal jadi pemicu pertengkaran karena kemungkinan si penerima akan salah interpretasi dari segi nada atau konten pesan, gak salah juga kan kita telepon? atau.. kalo emang gak ada pulsa dan gak memungkinkan untuk nelepon.. apa sulit untuk menambahkan tanda smile kaya :) atau ^^ pada akhir pesan kita? Engga toh.. dan penerima akan menerimanya dengan senang hati. Dan salah paham pun bisa dihindari. :D
Waktu, mungkin kita merasa terdesak.. jadi yaa.. pesan gak sampai. Bisa lah.. kita sediakan waktu lebih banyak untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang kita sayang (Teman, kawan, pacar, keluarga, atau bahkanyang belum dikenal) dengan begitu, pemahanan pendengar terhadap pesan tidak diragukan lagi. Dan mereka pun pasti akan merasa dihargai, karena kita udah nyiapin waktu lebih banyak untuk berkomunikasi dengan mereka. :D
Janganlah yaa. .kita berkomunikasi dikeramaian kalo sekiranya pesan sama sekali gak akan tersampaikan.. atau.. kalo bisa, dekati pendengar dan bisikkan di kupingnya. minimal, mendekatkan tubuh kita ke tubuhnya, biar pesan tersampaikan. Jadikan, pendengar gak akan salah dengar.. ^^
setelah seluruh kemungkinan dicoba, dan ternyata menurut kamu yang ada kekurangtepatan adalah sang penerima pesan, coba bicarakan sama dia, kenapa dia selalu salah paham sama kamu. Kalo udah dikomunikasiin tapi tetep sama aja keadaannya, ya udah.. DIAM baru jadi hal yang pantas dilakukan. Dari pada berantemnkan? :D
\\\\\\\****///////
Tapi beda ya kalo kasusnya berhadapan dengan orang tua, masa untuk memilih penggunaan kata, bahasa aja gak mau.. Sedangkan waktu kita masih kecil, orang tua pasti milih-milih kata yang mudah difahami dulu sama kita, smpe kita besar dan mengerti kata-kata yang mungkin bahkan mereka gak ngerti. Masa untuk menggunakan medium yang lebih baik aja gak mau, sedangkan selama kita kecil, orang tua selalu memilih untuk berbicara langsung bahkan menatap wajah sang anak agar anak faham apa yang diinginkan dan dibutuhkan orangtua. Masa untuk mengobrol dengan waktu yang lebih lama aja gak mau, sedangkan ketika kecil orang tua ngajarin anaknya jalan sampe anaknya bisa.. ngajarin anaknya bicara sampai bisa.. dan hingga anaknya besar pun orang tua masih mengulurkan waktu untuk sekedar menanyakan "Udah ngerjain PR sayang?" sama anaknya. Masa untuk ngeluarin waktu 10 mnt lebih lama menjelaskan ke orang tua tentang kegiatan kita di kampus ngapain aja gak mau?
Dan gak akan pernah pantas ada kata "Memilih Diam" sama orang tua. Karena mreka gak pernah diam ketika melihat anaknya jatuh. Karena mereka gak pernah diam ketika anaknya tidak mengerti sesuatu. Karena mereka gak pernah diam untuk merawat anaknya yang sakit.
MissCommunication itu bisa diatasi kok.. beneran deh...
Saya sedang coba untuk introspeksi diri dulu. supaya temen-temen, kawan, dan sahabat saya gak kabur karena miss communication. Supaya orang tua mengerti juga akan kegiatan saya di Jakarta. ^^
Yuk sama-sama jadi Ms Communication. :D
No comments:
Post a Comment