tulisan di penghujung tahun 2011, demi memaknai kegagalan yang telah terjadi; mencintai sagitarius dan berkenalan dengan si virgo
Shakila terduduk diam di depan laptop pink vaio-nya. Tugas kuliahnya sungguh menumpuk, dari makalah, laporan penelitian, hingga analisa tabel saham yang diberikan dosen strategi bisnisnya sama sekali tak ia sentuh. Mata sayu, bibirnya agak maju dari biasanya, dan tak sedikit gerak pun ia ciptakan. Ia terus memandangi laptopnya. Kulihat ia terus dari ruang televisi, tapi tak jua ia pindah posisi. “sepertinya Shakila sedang melihat Film” pikirku dalam hati. Setelah satu jam berlalu, aku meliriknya kembali, dan ia masih dalam posisi yang sama, mata tersayu-sayu melihat ke arah laptop vaio pink nya.
Kudekati ia perlahan dengan rasa penasaran akan apa yang sedang ditatapnya. “Liat apa de?” dan ia tidak menjawab sama sekali. Kulihat tetes demi tetes air mata mengalir dari mata sayunya. “De?” tanyaku lagi, tapi tak jua ia hiraukan. Langsung kulirik laptopnya yang ternyata bergambarkan “satu piringan hitam retak”. “De, kenapa?” tanyaku tambah penasaran. “it is me, Ka” “what?” Ia kembali berlinang air mata. Sedikit demi sedikit menggerakkan kepalanya dan melihat ke arahku, itu aku. Hancur, retak, dan tak bisa diapa-apakan lagi”
“aku memilih jatuh cinta, dan sakit hati yang didapat” “Dua hal yang sebenarnya bisa kau hindari” “bagaimana bisa? Bukankah keduanya bagaikan langit dan bumi? Tidak terpisahkan, Kak” “kau yang menyangkanya seperti itu, De” “Apapun itu” Aku pergi, berlalu dari kamarnya dan membiarkan ia sibuk dengan kesedihannya “Baiklah.. selamat bersedih” teriakku dari ruang televisi.
Shakila bangkit, mendekatiku dengan wajah penuh amarah, “Maksud kaka apa?” “Ya.. silahkan nikmati kesedihanmu. Barulah kau akan merasa baik kembali!” “Ya... memang aku menikmatinya...” “Tidak Kila, u arnt enjoy it” “Sok Tau!!!!” “Buktinya, kau masih saja bersedih setelah sekian lama, menyesali semua yang sudah terjadi” “aku ..” “Kau yang memilih jalan itu Kila..”
“Kau yang membiarkan dirimu disetiap tanggal 18 menghitung sudah berapa lama ia pergi, kau yang membiarkan dirimu setiap akhir pekan menunggu seseorang yang bahkan tidak pernah berharap untuk berjumpa denganmu, kau yang membiarkan dirimu melamunkan seseorang yang bahkan tidak pernah melamunkanmu, dan kau yang membiarkan dirimu berkeyakinan bahwa ketika jatuh cinta pasti akan patah hati hingga kau memilih untuk tidak jatuh cinta”
“apa yang kau bicarakan Kak”
“Seandainya kau menikmati semuanya, tidak akan ada perhitungan di setiap tanggal 18, tidakakan ada penantian akan sesuatu yang tidak pasti di setiap akhir pekan, tidak akan ada lamunan tentang seseorang yang bahkan tidak melamunkanmu, dan tidak akan kau memiliki pemikiran bahwa ketika jatuh cinta kau akan patah hati, asal kau mencintai dengan tulus”
Ia terdiam.. didekatinya aku , lengannya perlahan mengelilingi bahuku dan memelukku erat. “ Aku ingin hidupku yang baru kak” “itu hidupmu, De.. piringan hitam retak, tapi cobalah lihat perlahan dan dengan teliti, piringan hitam retak itu cantik. Kau hanya perlu melihatnya dari sudut yang berbeda dengan cara yang berbeda. Mencintai dengan tulus, dan hanya berharap pada Nya”
No comments:
Post a Comment