telepon berkali-kali itu, diawali dari sms seseorang padaku yang bertuliskan “pertanda”. Emosiku mencuat kembali, kesal karena tugas kampus terluapkan pada objek yang seharusnya memang tidak pantas mendapatkan amarahku apapun bentuknya.
Sejak pukul 7 sore tadi, hingga pukul 23:23, kepalaku selalu tertuju pada laptop dan memerhatikan setiap kata yang kutuliskan ala mengetik sepuluh jari untuk melengkapi tugas paperku yang lagi-lagi belum jua usai. Punggungku membungkuk, tak jarang tulang duduk malah terasa ngilu, dan ketika tubuh dibaringkan, seluruh urat tegang, sendi yang melengkung serta tulang-tulang yang kelelahan terasa begitu menusuk. Aku hanya bisa menggambarkannya melalui raut wajah, yang menyipitkan mata tanda menahan sakit, dan lidah yang digigit demi menahan rasa ngilu.
dua cangkir kopi selalu dihabiskan tiap malamnya agar mata ini kuat melek hingga pukul tiga pagi, dengan konsekuensinya adalah bahwa esok di pukul tujuh pagi aku akan mengantuk, dan mungkin tidak akan mengikuti kuliah di pukul 7. Atau, kalopun hadir di kelas, ruhku sedang asik dengan mimpi di pagi bolong. jadi, hanya dua hal itu yang kemungkinan akan aku terima dengan aktivitasku di malamnya.
Dan yang beda pada Senin malam ini adalah, tidak ada biskuit yang menemani. Positifnya, berat badanku jadi tidak akan membengkak. Tapi negatifnya, aku kelaparan setengah mati dan malah tidak sabar menunggu esok pagi untuk memasak nasi goreng lagi. Maklum anak kos, di tanggal-tanggal 19 gini, uang pasti udah seret, ditambah ATM yang ketelen mesinnya pas lagi main dan baru akan bisa dirus di tanggal 26 atau tanggal 2 di bulan berikutnya, rasanya buat jiwa makin ingin menangis.
Hah, semua ini (tugas, ATM ketelen, uang bulanan yang mulai seret, dan lain-lain) bukan hal-hal yang berat, masih banyak orang yang mengalami hal yang lebih dahsyat dibandingkan dengan yang aku alami. Toh yang aku alami itu, adalah kewajiban dan kecelakaan. Tapi banyak mereka yang tidak makan, bukan karena tidak mau, tapi karena tidak bisa. Jadi, mereka masih lebih berat cobaannya dibandingkan aku. Jadi, aku tidak akan mengeluh.
Hanya saja, tugas-tugas, dan kewajiban akan organisasi, serta cita-cita untuk menjadi pengajar, tiba-tiba ada di otak semuanya, banyak hal yang harus dikerjakan, tapi Allah hanya memberi waktu 24 jam. Padahal itu pasti sudah jadi takaran pas manusia untuk beraktivitas, tak perlu meragukan itu, karena Allah Maha Tahu Segalanya.
Ponselku bergetar, sms dari satu nama yang tidak bisa kusebutkan itu pun masuk. SMS awalnya, aku biasa saja.. sms berikutnya karena ada kata “pertanda” aku pun mencuat marah. Aku sebal dan kesal. Ingin kupatahkan saja ini sendok makan *halah?hehehe.. tapi ya gimana, setiap kali amarahku naik, nada bicaraku mulai ketus dan nyolot, dia menanggapinya masih dengan tawa kecil, ia menanggapinya masih dengan ketenangan, so, how kind he is, right?
No comments:
Post a Comment