Obrolan kian mengalir, dari hal sederhana hingga sesi curhat tentang sang mantan yang masih dicintainya. Setelah membeberkan segala kegalauan hatinya, ia tundukkan kepala. Aku coba memutar otak,melihat sekeliling berusaha mencari obrolan agar dapat menghiburnya lagi. Tapi tak satu pun topik pembicaraan berhasil aku temukan.
Tak lama, pikiran dan mataku tertuju kembali padanya yang tengah duduk di hadapanku "Vina.." katanya lirih sambil mengangkat kepala perlahan "Ya.?" "Kamu mau burger?" "Oooh.. enggaaak.." aku pikir dia bakal bilang "Vina.. aku gak bisa hidup begini" hihi.. ternyata salah sangka. Habis, sepanjang malam itu ia terlihat begitu putus asa dan penuh kesedihan.
Ia bangkit dari duduknya, dan menuju tempat pemesanan belakang kami. Tak lama, kembali degan membawa 1 burger dan 1 mocca float. Disimpannya satu set makanan itu di hadapanku. Ia makan perlahan. Burger yang tinggal setengah itu pun ia simpan kembali di piringnya, dan setelah minum mocca float, ia menatap tajam mataku sambil berkata:
"Aku ini, tipe orang yang.. hm.. gini, kalo lo baik sama gue, gue bisa lebih baik lagi sama lo. Tapi kalo lo jahat sama gue, gue bakal jauh lebih jahat lagi sama lo!"
Sigap kutujukan mata ini pada matanya, sambil terus berpikir "Kenapa nih kakak ngomong begini, korelasi sama putusnya hubungan dia dan kalimat ini apa?"
Ia kembali lagi memakan burger yang tadi ditundanya.
"Kaka, aku sering dengar orang bilang kayak gitu. Tapi kalo "Kalo lo baik sama gue, gue bisa lebih baik sama lo. Tapi kalo lo jahat, gue bakal tetep baik sama lo" aku jarang dengar ka"
Ia hentikan lagi proses pemakanan burger yang tengah dilakukannya itu, dan melihat ke arahku dalam. Dikedipkannya kedua mata, menunduk, dan kembali lagi makan burger sambil langsung menyeruput habis mocca float di hadapannya juga "Ayo pulang"
"LAH?? Apa aku sudah menyinggungnya?"
No comments:
Post a Comment