malam ini, langit secerah dulu.. firasat baik menerpa. seolah kehidupan akan kembali seperti dulu. mungkin masih tetap saja berbeda dengan ketidak beradaan Yuda Pratama Wijaya di muka bumi ini. tapi, sepertinya akan banyak datang keindahan dan kebahagiaan di malam sabtu, 28 Mei ini. malam dimana, aku dan teman-teman serta segenap keluarga Bpk Dedi Wijaya mengenang kepergian Yuda Pratama Wijaya di hari ke40 nya.
___
senyum dan tawa merekah. sang sahabat Nafisya Kencana Gumilang datang mengendarai motor bebek hitam. "Kemana aja Naf?"
"Maaf telat dari yang dijanjiin Na." dia emang telat banget. bilangnya mau datang jam tujuh kurang, tapi mlah jam tujuh lewat lima. dan aku sedikit kurang menyukai ketelatan saat ini - setidaknya, semenjak beberapa hari yg lalu, semenjak menerapkan keinginan disiplin dalam kehidupan.
"Ya, gak apa-apa. sekalian nunggu ijal" one of my bestfriends, Rijal Mustaqin anaknya Ibu Kholisoh guru Matematika SMP.
candaan terus mengalir. tanpa perintah. berjalan begitu saja. seolah aku lupa akan kesedihan yagn kurasakan barusan. kesedihan yg sempat meneteskan air mata lagi.
kuperhatikan jalan raya nan lebar depan rumah, tak lama dari lamunan panjang itu.. kulihat teman-teman SMP (teman-teman terbaik) berkonvoy ria mengendarai motor-motornya mengenakan kokok putih. pasti, mereka pasti pergi ke rumah Yuda Pratama Wijaya.
Dan tak lama, aku - Nafi - Vani dan Ijal (yang datang dengan mengenakan kaos lengan panjang merah, dan jeans biru langit , ala anak gaul Bogor. hehe) menyusul. meski aku dan Nafi sempat kehilangan arah karena lupa jalan. tapi akhirnya, sampailah dirumah sang kekasih. 'aku masih ingat rumahmu kok, A!' kataku pada hati.
rumah itu, masih seperti itu. hug. besar. tapi, dengan keadaaan yang berbeda. kini, ramai. beramai-ramai orang datang.. mengenang kepergian Yuda Pratama Wijaya yang begitu cepat. tapi, InsyaAllah.. aku ikhlas, dan aku yakin .. mereka pun sudah ikhlas. agar Yuda Pratama Wijaya tenang dan bahagia disana.
Yuli, sang kekasih pujaan almarhum. sudah ada. dan ikut bantu-bantu. setiap kali melihatnya, aku selalu merasa cemburu dan BODOH karena telah meninggalkan Yuda Pratama Wijaya. tapi, ya memang itulah jalannya. aku harus pergi dengan pamit, dan Yuda Pratama Wijaya malah pergi tanpa pamit.
segala doa dan Yasin disuarakan dengan merdu. dengan harapan bahwa Tuhan menerimanya, dan memberikan yang terbaik untuk Yuda Pratama Wijaya yang sudah berda disisiNya saat ini.
aku, tidak bisa tinggal diam. melihat Yuli menangis terus meneru. kucarilah kedua orang tua almarhum. dan ikut mengobrol dengan keduanya. menceritakan dan mendengarkan berbagai kenangan indah bersama Yuda Pratama Wijaya yang tidak akan pernah terlupakan.
21.09
"Pa, .." tak jua Bapak Yuda Pratama Wijaya menghiraukanku. mungkin, suaraku cukup kecil. Romi yang sedari tadi memerhatikan panggilanku itu, hanya melihat dan tertawa.. ingin membantu, tapi.. beliau masih mengobrol dengan Galuh - salah satu teman akrab Yuda Pratama Wijaya.
"Pa.. " bantu ROmi yang mungkin sudah sangat kasihan denganku. :)
"Pa, mau pamit" ktaku
"Oia sayang. makasih ya."
ciuman tangan dengan kedua orang tua tegar itu, kulakukan.
"Neng ni dari mana?" tanya Bapak
dengan penjelasan yang cukp panjang, kududukkan kembali tubuh ini "Aku, temen a Yuda pas SMP, Pak. dari bandugn - jakarta, dan sekrang.. disini!"
tak lama, ketika kubersalaman lagi dengan Ibu. "Vina ya?" tanyanya..
"Ya Ma."
"Waktu itu pernah ditilang ya sama Aa?" Yuda Pratama Wijaya dipanggil Aa oleh keluarganya. dan waktu itu, aku memang pernah sempat membuat Yuda Pratama Wijaya ditilang ketika tengah berjalan-jalan membawa mobil bersamaku. kenangan indah. "Aa cerita sama Mama kalo waktu itu sama Vina, tapi ke Papa nya mah gak cerita" dan tawa pun terlukis di bibir kami. hingga raut wajah berubah dan menyipitkan mata.
"Ma, boleh meluK?" tanyaku
"Boleh.." pelukan itu, hangat. sangat hangat.
"Ma, yang sabar ya.. Mama jangan nangis lagi"
"Iya sayang.. makasih ya" ia pegang bahu ini dan.. "Hm... cinta pertamanya Yuda. Yuda cerita banyak sama Mama. Mama tau semuanya.."
"tenang ma, kalo bukunya udah terbit.. Mama pasti bakal lebih tau lagi.."
"Udah .. Mama udah tahu. nanti Mama bagi ya bukunya.." katanya penuh senyum
"Ia ma."
"Terakhir, Aa bilang.. 'Ma, meskipun udah putus sama vina, tapi.. ke Vina tetep aja kaya adik kakak'"
"ia, Ma. terakhir ketemu.. Aa ngasih boneka . dan sekarang Vina kasih nama KAMIS deh"
tawa terukir lagi.
"Mama tau, putusnya juga karena jauh aja. "
"Ia Ma, makanya sekrang juga.. " tak kulanjutkan kalimat itu. tak ingin kulihat tangis mengisi hari-hari beliau lagi.
___
sekarang, aku tahu.. kenapa hati terus mengatakan untuk pulang dan bertemu dengan keluarga Almahum Yuda Pratama Wijaya. Agar aku tahu, segala hal yang Almarhum Yuda Pratama Wijaya katakan pada sang Ibu. Agar akhirnya, aku berjanji untuk tidak menangis lagi karena segala sedih itu sudah lepas landas bagai pesawat terbang ke angkasa. dan kuharap, ketika pesawat itu tiba, tidak membawa kepedihan yang ia bawa sebelumnya. dan semoga kepedihan itu terbawa angin dan melebur bagai atom hingga tak kan dapat kuambil lagi jika bertemu dengan pecahannya di jalan.
perasaan ini, menjadi jauh lebih lega..
terimakasih Mama nya Almarhum Yuda Pratama Wijaya.
No comments:
Post a Comment