Saya
melihat wajahnya tertunduk, lahap menggeyam bubur seafood. Lagi-lagi, hati saya
berpeluh “Kenapa
dia tidak manis malam ini? Kenapa ia harus memiliki ketegasan mata yang tidak
jarang membuat saya takut?” kenapa A.. kenapa B.. dan kenapa C.. ujung dari ‘kenapa’ itu
adalah “Kenapa
saya jatuh cinta padanya?” dan jawabannya “Pria
macam apa lagi yang harus saya jatuh cintai selain dirinya?” jawaban yang juga pertanyaan. Kian
menjawab, kian bertanya. Kian
bertanya, kian tak berujung.
Begitu
ia menyadari tatapan saya, saya mengalihkannya. Kemudian berdesah syukur di
hati “Alhamdulillah.. saya akan berdampingan dengannya
selama sisa umur saya. Alhamdulillah saya menemukannya. Alhamdulillah Allah
mengabulkan doa saya untuk bersamanya. Dan Alhamdulillah saya jatuh hati padanya” Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. kian bersyukur,
kian tersenyum. Kian tersenyum, kian bahagia.
Dan
saya bahagia bertemu dengannya malam ini, dengan wajahnya masam karena kesal
saya ganggu jam kerja malamnya. Alhamdulillah J
No comments:
Post a Comment