Dunia ini, panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
Kisah Maha Brata
atau.. tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
yang harus.. kita mainkan..
Ada perawan wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Ceritanya mudah berubah
Kisah Maha Brata
atau.. tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
yang harus.. kita mainkan..
Ada perawan wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Lagu yang pernah dinyanyiin sama seorang penyanyi yang gue lupa namanya itu.. Jadi inspirasi ketika gue ingin sekali menuliskan "terlalu banyak hal yang terjadi" di dunia ini. Di Indonesia ini. Dari mulai reshuffle Pemerintah, yang entah tujuan politiknya apa, sampai kasus korupsi yang meraja rela (bukan merajalela). Banyak banget hal di Indonesia yang harus "diperbaiki" "diteliti" "ditanggapi" dan "ditindaklanjuti" banyak.. sekali..
Peran yang akan saya mainkan, adalah ketika menjadi seorang masyarakat sipil. ITu adalah peran yang paling menarik untuk saya, karena .. saya bisa berbicara sebagai seorang awam yang lugu dan polos. Yang mencoba untuk mengerti "politik" sehingga masuk ke dalam sistem dan memperbaikinya.
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat itu jelas adalah tujuan Bangsa Indonesia, jadi siapapun yang duduk di atas "sana" harus memikirkan hal tersebut. Bagaimana caranya agar masyarakat mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Dan bagaimana agar masyarakat merasakan apa yang harusnya mereka rasakan, dan bagaimana.. dan bagaimana lainnya.. JELAS, itulah hal utama yang harus mereka pikirkan! Kenapa harus masyarakat terus? Karena mereka berada disana karena RAKYAT YANG MEMILIH. Sudah jadi kewajiban mereka untuk MELAYANI SEGALA KEBUTUHAN RAKYAT. Jika tidak ingin melayani, ya jangan maju, jadi kami tidak akan memilih. KARENA KALIAN ADA, KAMI JADI MEMILIH.
Atau..
Sebenarnya bukan "karena kalian ada kami memilih" tapi "karena kalian ada, kami yang bodoh karena dengan mudah tertipu oleh janji-janji manis kalian!" baiklah.. gunakan saja statement kedua, agar saya tidak cenderung menyalahkan mereka yang duduk di atas sana. Yaa.. kalian ada, lalu membeberkan segala visi-misi yang SAMA dengan kami, yakni mengerucut pada pembukaan UUD '45. Lalu kami memilih, tanpa berpikir bahwa kalian sedang berbohong. Kami terlalu lugu untuk bersuudzon pada kalian. Jadi, kami memilih. Dan pilihan kami, sudah duduk di atas sana!
Setelah duduk, kalian malah tidur. Rapat pembahasan hal A, B, dan C, lalu.. bla.. bla.. kalian malah tertidur! Sesekalinya gak tidur, kalian malah bertengkar atas kepentingan golongan atau pribadi diri sendiri. IRONIS. Seharusnya kami tidak pilih kalian.!
Sekarang, kami kian cerdas.. memilih penuh dengan ketelitian, bahkan hingga menyipitkan mata dengan tujuan meyakinkan mata bahwa yang kami contreng adalah yang benar, bahwa yang kami coblos adalah yang tepat, sehingga kehidupan kami semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Tidak perlu kaya dan memiliki banyak mobil, yang terpenting, perut terisi oleh makanan empat sehat lima sempurna. Pendidikan terjamin hingga gelar sarjana dikantongi, lalu pekerjaan layak dengan mudah didapat. Bukan hanya itu, keadilan pun akan merata.. kami yang mengambil ayam tetangga, pastinya mendapat hukuman yang berbeda dengan mereka yang mencuri ayam masyarakat! SEDERHANA KAN?
Biarlah, kalian saja yang pakai mobil pribadi merek ini itu, di jalan raya. Tapi tolong, tingkatkan kualitas transportasi umum. Dengan begitu, percayalah kami akan tersenyum selama perjalanan menuju kantor dan tempat usaha. Kami akan senang bekerja, sehingga siklus ekonomi akan berjalan dengan lancar. Dan tolong, agar semua siklus itu berjalan sebagaimana mestinya.. uang pajak yang kami setorkan, tolong dimasukkan ke kantong yang sebagaimana mestinya.
Wahai kalian, sekarang, tolong benar-benar perbaiki "sesuatu" yang salah itu dengan sesungguh-sungguhnya kepentingan, yakni kepentingan atas nama masyarakat Indonesia. Bukan atas nama partai A atau B. Dengan begitu, percayalah kita akan hidup lebih baik lagi. Tidak akan ada ibu-ibu yang menangis sambil mengatakan "aku sayang kamu, Nak" pada anaknya yang sudah tidak bisa diberi makan lagi. Tidak akan ada korban kecelakaan di jalan-jalan rusak. Tidak akan ada lagi yang putus sekolah atau bersekolah di gedung "seadanya". Semua itu pasti akan hilang. Jadi tolonglah, bekerja dengan semestinya.
Kenapa kadang kita tidak ingin menghindari kerakusan demi kesejahteraan bersama? MEngapa kadang kita masih egois dengan apa yang kita inginkan?
Saya jadi teringat lagi akan cita-cita saya untuk menjadi polisi wanita, yang memberantas segala jenis kejahatan. Tapi karena kekurangan yang saya miliki, saya tidak bisa menjadi seorang polwan. Lalu, cita-cita pun saya alihkan, ingin bersekolah dan memilih jurusan hukum, tapi takdir -- biaya yang tidak ada, saya malah mendapat beasiswa di jurusan manajemen. Setidaknya saya masih punya keinginan untuk kelak bekerja di KPK. Tapi ternyata, hal itu pun belum bisa diwujudkan karena restu yang tidak ada berkenaan dengan slogan "politik itu kejam" jadi, sekarang saya duduk. Di depan laptop sambil membaca berita tentang reshuffle, dan "MA kecolongan koruptor bebas" .
Membaca sambil mengamati.
Dan rasanya, saya tidak bisa tinggal diam. Ini adalah tempat dimana saya dilahirkan, dibesarkan, dan belajar banyak hal. Saya tidak mau tempat ini jadi hancur. Jadi, saya harus melakukan sesuatu. Saya harus belajar, manajemen, menjadi seseorang yang berpikiran terbuka, menerima pendapat, meneliti pendapat, dan mengemukakan pendapat. Menjadi orang yang mempengaruhi orang lain untuk perubahan yang lebih baik. Memberantas para koruptor, dan mavia lainnya.
Saya tidak akan tinggal diam.
Peran yang akan saya mainkan, adalah ketika menjadi seorang masyarakat sipil. ITu adalah peran yang paling menarik untuk saya, karena .. saya bisa berbicara sebagai seorang awam yang lugu dan polos. Yang mencoba untuk mengerti "politik" sehingga masuk ke dalam sistem dan memperbaikinya.
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:.....
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat itu jelas adalah tujuan Bangsa Indonesia, jadi siapapun yang duduk di atas "sana" harus memikirkan hal tersebut. Bagaimana caranya agar masyarakat mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Dan bagaimana agar masyarakat merasakan apa yang harusnya mereka rasakan, dan bagaimana.. dan bagaimana lainnya.. JELAS, itulah hal utama yang harus mereka pikirkan! Kenapa harus masyarakat terus? Karena mereka berada disana karena RAKYAT YANG MEMILIH. Sudah jadi kewajiban mereka untuk MELAYANI SEGALA KEBUTUHAN RAKYAT. Jika tidak ingin melayani, ya jangan maju, jadi kami tidak akan memilih. KARENA KALIAN ADA, KAMI JADI MEMILIH.
Atau..
Sebenarnya bukan "karena kalian ada kami memilih" tapi "karena kalian ada, kami yang bodoh karena dengan mudah tertipu oleh janji-janji manis kalian!" baiklah.. gunakan saja statement kedua, agar saya tidak cenderung menyalahkan mereka yang duduk di atas sana. Yaa.. kalian ada, lalu membeberkan segala visi-misi yang SAMA dengan kami, yakni mengerucut pada pembukaan UUD '45. Lalu kami memilih, tanpa berpikir bahwa kalian sedang berbohong. Kami terlalu lugu untuk bersuudzon pada kalian. Jadi, kami memilih. Dan pilihan kami, sudah duduk di atas sana!
Setelah duduk, kalian malah tidur. Rapat pembahasan hal A, B, dan C, lalu.. bla.. bla.. kalian malah tertidur! Sesekalinya gak tidur, kalian malah bertengkar atas kepentingan golongan atau pribadi diri sendiri. IRONIS. Seharusnya kami tidak pilih kalian.!
Sekarang, kami kian cerdas.. memilih penuh dengan ketelitian, bahkan hingga menyipitkan mata dengan tujuan meyakinkan mata bahwa yang kami contreng adalah yang benar, bahwa yang kami coblos adalah yang tepat, sehingga kehidupan kami semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Tidak perlu kaya dan memiliki banyak mobil, yang terpenting, perut terisi oleh makanan empat sehat lima sempurna. Pendidikan terjamin hingga gelar sarjana dikantongi, lalu pekerjaan layak dengan mudah didapat. Bukan hanya itu, keadilan pun akan merata.. kami yang mengambil ayam tetangga, pastinya mendapat hukuman yang berbeda dengan mereka yang mencuri ayam masyarakat! SEDERHANA KAN?
Biarlah, kalian saja yang pakai mobil pribadi merek ini itu, di jalan raya. Tapi tolong, tingkatkan kualitas transportasi umum. Dengan begitu, percayalah kami akan tersenyum selama perjalanan menuju kantor dan tempat usaha. Kami akan senang bekerja, sehingga siklus ekonomi akan berjalan dengan lancar. Dan tolong, agar semua siklus itu berjalan sebagaimana mestinya.. uang pajak yang kami setorkan, tolong dimasukkan ke kantong yang sebagaimana mestinya.
Wahai kalian, sekarang, tolong benar-benar perbaiki "sesuatu" yang salah itu dengan sesungguh-sungguhnya kepentingan, yakni kepentingan atas nama masyarakat Indonesia. Bukan atas nama partai A atau B. Dengan begitu, percayalah kita akan hidup lebih baik lagi. Tidak akan ada ibu-ibu yang menangis sambil mengatakan "aku sayang kamu, Nak" pada anaknya yang sudah tidak bisa diberi makan lagi. Tidak akan ada korban kecelakaan di jalan-jalan rusak. Tidak akan ada lagi yang putus sekolah atau bersekolah di gedung "seadanya". Semua itu pasti akan hilang. Jadi tolonglah, bekerja dengan semestinya.
Kenapa kadang kita tidak ingin menghindari kerakusan demi kesejahteraan bersama? MEngapa kadang kita masih egois dengan apa yang kita inginkan?
Saya jadi teringat lagi akan cita-cita saya untuk menjadi polisi wanita, yang memberantas segala jenis kejahatan. Tapi karena kekurangan yang saya miliki, saya tidak bisa menjadi seorang polwan. Lalu, cita-cita pun saya alihkan, ingin bersekolah dan memilih jurusan hukum, tapi takdir -- biaya yang tidak ada, saya malah mendapat beasiswa di jurusan manajemen. Setidaknya saya masih punya keinginan untuk kelak bekerja di KPK. Tapi ternyata, hal itu pun belum bisa diwujudkan karena restu yang tidak ada berkenaan dengan slogan "politik itu kejam" jadi, sekarang saya duduk. Di depan laptop sambil membaca berita tentang reshuffle, dan "MA kecolongan koruptor bebas" .
Membaca sambil mengamati.
Dan rasanya, saya tidak bisa tinggal diam. Ini adalah tempat dimana saya dilahirkan, dibesarkan, dan belajar banyak hal. Saya tidak mau tempat ini jadi hancur. Jadi, saya harus melakukan sesuatu. Saya harus belajar, manajemen, menjadi seseorang yang berpikiran terbuka, menerima pendapat, meneliti pendapat, dan mengemukakan pendapat. Menjadi orang yang mempengaruhi orang lain untuk perubahan yang lebih baik. Memberantas para koruptor, dan mavia lainnya.
Saya tidak akan tinggal diam.
Hanya ada satu negara yang menjadi negaraku. I
a tumbuh karena perbuatan.
Dan perbuatan itu adalah perbuatanku
--Moh Hatta--
a tumbuh karena perbuatan.
Dan perbuatan itu adalah perbuatanku
--Moh Hatta--
No comments:
Post a Comment