Tangan ini bergetar..seluruh tubuh ikut bergoyang perlahan mengikuti irama goncangan gerak Kereta Api Brantas menuju Madiun. Pemadangan di luar, entah berwujud seperti apa. Yang pasti....gelap, dan hitam. Sesekali lampu gedung, atau rumah, atau lampu jalan terlihat bersinar..tak lama, pasti gelap lagi. Saya mulai mengira-ngira, itu sawah...tadi kota, nanti..entah mungkin sawah lagi.
Seharusnya saya, Selly, dan Anggi duduk di gerbong 4, tapi berkat kebaikan hati Kak Risyad, akhirnya kami bisa segerbong dengan dia dan kawan pria lainnya. Setidaknya, kami jadi bisa tidur malam ini..jadi tidaj perlu terjaga menjaga tas dan barsng bawaan lainnya.
Di kereta ekonomi AC gerbong 5 ini, saya dan 8 teman lainnya duduk. Mengobrol? Tidak. Empat pria asik bermain kartu sambil disaksikan tiga anak kecil, yang mungkin di hatinya bertanya "gimana sih kakak-kakaknya main itu?". Satu pria pergi ke kamar kecil (mugkin). Dua wanita tertidur, Anggi menyenderkan kepalanya di bahu saya, dan Selly meniduri pahanya Anggi. Dapat dibayangkan fose semacam itukan? Nampak seperti.......bukit. Dan satu wanita lagi, tengah galau dalam perasaannya yang ingin tidur, namun otaknya belum jua memerintahkan tubuh untuk menutupkan mata dan mengistirahatkan jiwa.
Sementara saya,
Masih sibuk dengan tab, menulis postingan ini pastinya. Beberapa menit yang lalu, sedang melihat-lihat isi album foto "husb & I". Satu jam yang lalu, sedang dengan keras menahan diri untuk bilang rindu pada suami tercinta yang sedang bekerja di kota kembang sana.
Waktu pacaran dulu, sering kali saya bilang rindu padanya. Tapi dia tidak membalasnya, kalaupun dibalas, pasti seadanya..seperti tidak ada rasa. Jadi, tetap saja, saya mengira dia tidak rindu. Sampai suatu ketika, suami saya pernah bilang "kita tabung dulu ya kangennya. Aku tahu kamu kangen aku, aku juga kangen banget sama kamu. Tapi kalau kamu terus bilang, jadi ga bisa ditabung kangennya dong. Anggep aja sekarang kita lagi nabung di celengan kangen. Jadi begitu ketemu, kita pecahin deh sama-sama celengannya"
Saya terdiam. Mungkin iya, dia ada benarnya. Mari kita coba.
Sangking seringnya si suami keluar kota bahkan di dua minggu terakhir persiapan pernikahan, rindu itu sudah tidak ada. Sama sekali. Saya jadi sama sekali tidak merasakan rindu. Rasanya jauh di dalam lubuk hati ini, saya mulai sangat terbiasa pada kepergiannya yang sering. Dan karena saya diminta untuk menabung di celengan kangen, saya pun mungkin melakukannya, tapi entah sejak kapam saya berhenti menabung koin rindu ke celengan itu.
Tapi malam ini, beda.
Malam ini, malam pertama bagi saya untuk tidur di luar rumah, PLUS tidak ada suami di samping saya.
Galau? Iya!
Tapi, sekarang sampai lima hari ke depan adalah waktu yang pas bavi kami untuk menabung (mungkin). Supaya ketika bertemu nanti, akan kami pecahkan celengannya sama-sama.. dan saya akan terus nabung ssetiap harinya, sampai waktu pemecahan datang. Jangan sampai rasanya hilang.... kan sekarang sudah jadi suami, rindu pun dihalalkan.
Take care disana ya, Micua..
Sampai jumpa 5 hari lagi.
Aku udah siapin lantai dan palu untuk pecahin celengan kita loh :)
No comments:
Post a Comment